BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Duktus Arteriosus adalah saluran yang
berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis
dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara
fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum
arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. Bila tidak menutup disebut Duktus Arteriosus
Persisten (Persistent Ductus Arteriosus : PDA).
Kegagalan penutupan ductus anterior
(arteri yg menghubngkn aorta & arteri pulmonalis) dalam minggu I kelahiran
selanjutnya terjadi patensy / persisten pada pembuluh darah yang terkena aliran
darah dari tekanan > tinggi pada aorta ke tekanan yg > rendah di arteri
pulmonal menyebabkan Left to Right Shunt.
Penyakit jantung kongenital atau penyakit
jantung bawaan adalah sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh
darah besar yang telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks
terutama ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan
meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada orang
dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui seleksi alam,
atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda.
B.
Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep medis dari Patent Ductus Arterious (PDA) ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan mengenai Patent Ductus Arterious
(PDA) ?
1. Bagaimana konsep medis dari Patent Ductus Arterious (PDA) ?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan mengenai Patent Ductus Arterious
(PDA) ?
C.
Tujuan
Agar mahasiswa lebih mengetahui bagaimana konsep medis maupun asuhan keperawatan dari Patent Ductus Arterious (PDA) pada anak.
Agar mahasiswa lebih mengetahui bagaimana konsep medis maupun asuhan keperawatan dari Patent Ductus Arterious (PDA) pada anak.
BAB II
KONSEP DASAR
PENYAKIT
PATENT DUCTUS
ARTERIOSUS
A.
Pengertian
Patent Ductus Arteriosus adalah kegagalan menutupnya
ductus arteriosus (arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal) pada
minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah dari aorta tang
bertekanan tinggi ke arteri pulmonal yang bertekanan rendah. ( Suriadi, Rita
Yuliani, 2001 : 235)
Patent Duktus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya
duktus arteriosus setelah lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara
langsung dari aorta (tekanan lebih tinggi) ke dalam arteri pulmoner (tekanan
lebih rendah). (Betz & Sowden, 2002 ; 375)
Patent Ductus Arteriosus (PDA) atau Duktus
Arteriosus Paten (DAP) adalah kelainan jantung kongenital (bawaan) dimana
tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus yang menghubungkan aorta
dan pembuluh darah besar pulmonal setelah 2 bulan pasca kelahiran bayi.
Biasanya duktus arteriosus akan menutup secara normal dalam waktu 2 bulan dan
meninggalkan suatu jaringan ikat yang dikenal sebagai ligamentum arteriosum.
PDA dapat merupakan kelainan yang berdiri sendiri (isolated), atau
disertai kelainan jantung lain.
B.
Anatomi
Duktus arteriosus adalah pembuluh darah yang
menghubungkan aliran darah pulmonal (arteri pulmonalis) ke aliran darah
sistemik (aorta) dalam masa kehamilan (fetus). Hubungan ini (shunt)
diperlukan oleh karena sistem respirasi fetus yang belum bekerja di dalam masa
kehamilan tersebut. Aliran darah balik fetus akan bercampur dengan aliran darah
bersih dari ibu (melalui vena umbilikalis) kemudian masuk ke dalam atrium kanan
dan kemudian dipompa oleh ventrikel kanan kembali ke aliran sistemik melalui
duktus arteriosus, dan hanya sebagian yang diteruskan ke paru.
Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari
arkus aorta ke VI pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta
desendens. Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15
jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2
– 3 minggu. (Buku ajar kardiologi FKUI, 2001 ; 227)
Dinding duktus arteriosus terutama terdiri dari
lapisan otot polos (tunika media) yang tersusun spiral. Diantara sel-sel otot
polos terdapat serat-serat elastin yang membentuk lapisan yang berfragmen,
berbeda dengan aorta yang memiliki lapisan elastin yang tebal dan tersusun
rapat (unfragmented). Sel-sel otot polos pada duktus arteriosus sensitif
terhadap mediator vasodilator prostaglandin dan vasokonstriktor (pO2). Setelah
persalinan terjadi perubahan sirkulasi dan fisiologis yang dimulai segera
setelah eliminasi plasenta dari neonatus. Adanya perubahan tekanan, sirkulasi
dan meningkatnya pO2 akan menyebabkan penutupan spontan duktus arteriosus dalam
waktu 2 minggu.
C. Etiologi
Penyebab
terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui secara pasti, tetapi
ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka
kejadian penyakit jantung bawaan :
1.
Faktor Prenatal :
1)
Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
2)
Ibu alkoholisme.
3)
Umur ibu lebih dari 40 tahun.
4)
Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang
memerlukan insulin.
5)
Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
6)
Bayi yang lahir prematur (kurang dari 37 minggu).
2.
Faktor Genetik :
1)
Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung
bawaan.
2)
Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
3)
Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
4)
Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
(Buku Ajar
Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan Pembuluh Darah Nasional
Harapan Kita, 2001 ; 109)
D. Patofisiologi
Patent
Ductus Arteriosus (PDA) adalah tetap terbukanya duktus arteriosus setelah
lahir, yang menyebabkan dialirkannya darah secara langsung dari aorta ( tekanan
lebih tinggi) ke dalam arteri pulmonal (tekanan lebih rendah). Aliran kiri ke
kanan ini meneyebabkan resirkulasi darah beroksigen tinggi yang jumlahnya
semakin banyak dan mengalir ke dalam paru, serta menambah beban jantung sebelah
kiri.Usaha tambahan dari ventrikel kiri untuk memenuhi peningkatan kebutuhan
ini menyebabkan pelebaran dan hipertensi atrium kiri yang progresif. Dampak semuanya
ini adalah meningkatnya tekanan vena dan kapiler pulmoner, menyebabkan
terjadinya edema paru. Edema paru ini menimbulkan penurunan difusi oksigen dan
hipoksia, dan terjadi kontriksi arteriol paru yang progresif. Akan terjadi
hipertensi pulmoner dan gagal jantung kanan jika keadaan ini tidak dikoreksi
melalui terapi medis atau bedah. Penutupan PDA terutama tergantung pada respon
konstriktor dari duktus terhadap tekanan oksigen dalam darah. Faktor lain yang
mempengaruhi penutupan duktus adalah pengaruh kerja prostalglandin, tahanan
pulmoner dan sistemik, besarnya duktus, dan keadaan si bayi (prematur atau
cukup bulan). PDA lebih sering terdapat pada bayi prematur dan kurang dapat
ditoleransi karena mekanisme kompensasi jantungnya tidak berkembang baik dan
pirai kiri ke kanan itu cenderung lebih besar.
Pada bayi
prematur (kurang dari 37 minggu) duktus dipertahankan tetap terbuka oleh
prostaglandin yang kadarnya masih tinggi, karena memang belum waktunya bayi
lahir. Karena itu duktus arteriosus persisten pada bayi prematur dianggap
sebagai developmental patent ductus arteriosus, bukan struktural patent ductus
arteriosus seperti yang terjadi pada bayi cukup bulan. Pada bayi prematur
dengan penyakit membran hialin (sindrom gawat nafas akibat kekurangan surfaktan),
ductus arteriosus persisten sering bermanifestasi setelah sindrom gawat
nafasnya membaik.
Pada ibu
yang terinfeksi rubella, pelepasan prostaglandin (6-ketoprostaglandin F1) akan
meningkat yang disertai dengan faktor nekrosis tumor yang dapat
meningkatkan resiko pembukaan duktus arteriosus.
E. Manifestasi Klinis
Manifestasi
klinis PDA pada bayi prematur sering disamarkan oleh masalah-masalah lain yang
berhubungan dengan prematur (misalnya sindrom gawat nafas). Tanda-tanda
kelebihan beban ventrikel tidak terlihat selama 4 – 6 jam sesudah lahir. Bayi
dengan PDA kecil mungkin asimptomatik, bayi dengan PDA lebih besar dapat menunjukkan
tanda-tanda gagal jantung kongestif (CHF), diantaranya :
1.
Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung
2.
Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian
menetap, paling nyata terdengar di tepi sternum kiri atas)
3.
Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi
menonjol dan meloncat-loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mmHg)
4.
Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari
hiperemik
5.
Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah
pulmonal.
6.
Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah
7.
Apnea
8.
Tachypnea
9.
Nasal flaring
10. Retraksi
dada
11. Hipoksemia
12. Peningkatan
kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru)
(Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236,
Betz & Sowden, 2002 ; 376)
Jika PDA
memiliki lubang yang besar, maka darah dalam jumlah yang besar akan membanjiri
paru-paru. Anak tampak sakit, dengan gejala berupa:
1.
Tidak mau menyusu
2.
Berat badannya tidak bertambah
3.
Berkeringat
4.
kesulitan dalam bernafas
5.
denyut jantung yang cepat.
Timbulnya
gejala tersebut menunjukkan telah terjadinya gagal jantung kongestif,
yang seringkali terjadi pada bayi prematur.
F.
Pemeriksaan Diagnostik
1.
Analisis gas darah arteri
a.
Biasanya menunjukkan kejenuhan yang normal karena paru
overcirculation.
b.
Ductus arteriosus besar dapat menyebabkan hypercarbia
dan hypoxemia dari CHF dan ruang udara penyakit (atelektasis atau
intra-alveolar cairan / pulmonary edema).
c.
Dalam kejadian hipertensi arteri pulmonal persisten
(terus-menerus sirkulasi janin); kanan-ke-kiri intracardiac shunting darah,
aliran darah paru berkurang dengan dihasilkannya hypoxemia, sianosis, dan
mungkin acidemia hadir.
2.
Foto thorak. Atrium dan ventrikael kiri membesar
secara signifikan (kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat
3.
Ekhokardiografi. Rasio atrium kiri terhadap pangkal
aorta lebih dari 1,3:1 pada bayi lebih dari 1,0 pada bayi patern(disebabkan
oleh peningkatan volume atriu kiri sebagai akibat dari paru kiri ke kanan).
4.
Pemeriksaan dengan Doppler berwarna, untuk
mengevaluasi aliran darah dan arahnya.
5.
EKG. sesuai yingkat keparahan, pada PDA
kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih
besar.
6.
Kateterisasi jantung. Untuk
mengevaluasi lebih jauh hasil ECHO atau Doppler yang meragukan bila ada defek
tambahan lain.
7.
Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Perkembangan
lebih lanjut dari penyakit ini tergantung pada volume dan tekanan hubungan.
Volume =
tekanan / perlawanan
Volume suara
tinggi menghasilkan peningkatan tekanan arteri paru-paru pada akhirnya
menghasilkan perubahan endotel dan otot dalam dinding pembuluh darah.
Perubahan
ini mungkin akhirnya menyebabkan penyakit paru obstruktif vaskular (PVOD),
suatu kondisi perlawanan terhadap aliran darah paru yang mungkin tidak dapat
diubah dan akan menghalangi perbaikan definitif.
G.
Penatalaksanaan
1.
Medikamentosa
·
Tidak diperlukan pembatasan aktivitas tanpa adanya
hipertensi pulmonal.
·
Pada bayi prematur diberikan anti-prostaglandin
misalnya indometasin selama 5 hari.
·
Indometasin tidak efektif untuk menutup PDA pada bayi
cukup bulan karena terbukanya duktus bukan disebabkan oleh prostaglandin.
·
Dipertimbangkan pemberian profilaksis SBE pada PDA
besar.
2.
Invasif
Penutupan
PDA melalui kateterisasi dapat dipertimbangkan. Penggunaan stainless coil untuk
menutup PDA diindikasikan untuk diameter < 2,5 mm dengan residual shunt rate
5 – 10%. Komplikasi tindakan ini adalah leakage, emboli coil ke perifer,
hemolisis, stenosis LPA, oklusi femoralis.
3.
Bedah
· Tindakan
bedah adalah ligasi atau divisi PDA melalui torakotomi kiri.
· Angka
mortalitas < 1 %
Jika
pada saat bayi berusia beberapa minggu terjadi gagal jantung, maka segera
dilakukan pembedahan. Jika gejalanya hanya berupa murmur, maka pembedahan
biasanya dilakukan pada saat anak berusia 1 tahun. Jika tidak ada gejala,
pembedahan ditunda sampai anak berumur 6 bulan – 3 tahun.
Terdapat beberapa cara untuk
mengatasi PDA, yang pemilihannya tergantung kepada berbagai faktor :
1.
PDA kecil dalam jangka penuh bayi mungkin secara
spontan menutup tanpa intervensi. PDA besar tidak mungkin untuk menutup.
2.
Pasien dengan CHF membutuhkan terapi medis untuk CHF
diikuti dengan prosedur definitif untuk menutup PDA baik oleh pembedahan atau
kateterisasi.
3.
Bedah perbaikan direkomendasikan untuk pasien dengan
PDA kecil sampai besar karena risiko endokarditis. Komplikasi ligasi bedah
sebagian besar terkait dengan torakotomi lateral kiri. Bedah angka kesakitan
dan kematian dapat diabaikan, dan awal komplikasi pascabedah yang berhubungan
dengan komplikasi lain lahir prematur.
4.
Profilaksis untuk infeksi endokarditis (subakut
bakteri endokarditis [SbE]) harus diikuti pada saat-saat diperkirakan risiko
(bakteremia) sampai pasien dapat mengalami perbaikan. (Khusus rekomendasi untuk
antibiotik profilaksis dapat ditemukan di setiap arus penyakit infeksi atau
antibiotik referensi).
5.
Transfer ke pusat perawatan tersier adalah wajib bagi
pasien dalam presentasi di jerau extremis CHF sekali stabil dengan diuretik dan
ventilasi tekanan positif, seperti yang ditunjukkan.
BAB III
KONSEP DASAR
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER
“PATENT DUCTUS
ARTERIOSUS”
A. Pengkajian
Pemberian Asuhan Keperawatan merupakan proses
terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama dengan klien, keluarga atau
masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. ( Carpenito, 2000, 2
).
1.
Anamnesa
a.
Identitas ( Data Biografi)
PDA sering ditemukan pada neonatus, tapi secara
fungsional menutup pada 24 jam pertama setelah kelahiran. Sedangkan secara
anatomic menutup dalam 4 minggu pertama. PDA ( Patent Ductus Arteriosus) lebih
sering insidens pada bayi perempuan 2 x lebih banyak dari bayi laki-laki.
Sedangkan pada bayi prematur diperkirakan sebesar 15 %. PDA juga bisa
diturunkan secara genetik dari orang tua yang menderita jantung bawaan atau
juga bisa karena kelainan kromosom.
b.
Keluhan Utama
Pasien
dengan PDA biasanya merasa lelah, sesak napas.
c.
Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien PDA, biasanya akan diawali dengan
tanda-tanda respiratory distress, dispnea, tacipnea, hipertropi ventrikel
kiri, retraksi dada dan hiposekmia.
d.
Riwayat penyakit terdahulu
Perlu ditanyakan apakah pasien lahir prematur atau ibu
menderita infeksi dari rubella.
e.
Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit PDA karena PDA juga bisa diturunkan secara genetik dari
orang tua yang menderita penyakit jantung bawaan atau juga bisa karena kelainan
kromosom.
f.
Riwayat Psikososial
Meliputi tugas perasaan anak terhadap penyakitnya,
bagaimana perilaku anak terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya,
perkembangan anak, koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga
terhadap penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap
stress.
B.
Pemeriksaan
Fisik (ROS : Review of System)
1.
Pernafasan B1 (Breath)
Nafas cepat, sesak nafas ,bunyi tambahan ( marchinery
murmur ),adanyan otot bantu nafas saat inspirasi, retraksi.
2.
Kardiovaskuler B2 ( Blood)
Jantung membesar, hipertropi ventrikel kiri,
peningkatan tekanan darah sistolik, edema tungkai, clubbing finger, sianosis.
3.
Persyarafan B3 ( Brain)
Otot muka
tegang, gelisah, menangis, penurunan kesadaran.
4.
Perkemihan B4 (Bladder)
Produksi
urin menurun (oliguria).
5.
Pencernaan B5 (Bowel)
Nafsu makan
menurun (anoreksia), porsi makan tidak habis.
6.
Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)
Kemampuan
pergerakan sendi terbatas, kelelahan.
C.
Analisa Data
Data
|
Etilologi
|
Masalah
|
|||
Data Subjektif :
Pasien gelisah, rewel, dan menangis
Data Objektif :
· Denyut
nadi naik (> 170 x/menit)
· Tachyepne
· Suara
jantung tambahan (Machinery mur-mur persisten)
|
Terbukanya ductus arteriosus
Dialirkannya darah dari tekanan tinggi(aorta
descenden) ke tekanan yang lebih kecil (arteri pulmonalis)
Resirkulasi darah beroksigen dari aorta ke arteri
pulmonalis
Beban ventrikel kiri ↑
Curah jantung turun
|
Penurunan curah jantung
|
|||
Data Subjektif:
Pasien kesulitan bernafas, sesak nafas
Data Objektif :
· RR ( >
30 – 40x/menit)
· BGA tidak
normal
· Adanya
napas cuping hidung
Data Subjektif:
Pasien rewel tidak mau makan dan minum
Data Objektif:
· Berat badan turun
· Status gizi buruk
|
Dialirkannya darah dari tekanan tinggi(aorta
descenden) ke tekanan yang lebih rendah (arteri pulmonalis)
Resirkulasi darah beroksigen dari aorta ke arteri
pulmonalis
Beban ventrikel kiri ↑
Pelebaran dan hipertensi vertikel kiri
Tekanan vena dan kapiler pulmonar naik
Edema paru
Penurunan difusi oksigen
Gangguan pertukaran gas
Curah jantung turun
Suplai oksigen ke jaringan berkurang
Pemecahan glukosa oleh O2 menjadi terganggu
Pembentukan energi berkurang
Lemah, lesu
Anoreksia
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
|
Gangguan pertukaran gas
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan
|
|||
Data Subjektif:
Pasien gelisah dan menangis
Data Objektif :
· Antropometri:
penurunan berat badan
· Biokimia :
Hb dan albumin menurun
· Klinik :
perubahan kulit mukosa oral (bengkak dan kemerahan).
· Diet :
makan tidak habis, nafsu makan menurun
|
Edema paru
Penurunan difusi oksigen
Hipoksia
pemecahan glukosa oleh O2 untuk pembuatan energi ↓
lemah, gelisah
anoreksia
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
|
|||
Data Subjektif:
Demam, rewel
Data Objektif:
· Jumlah
limfosit meningkat
· Hipertermi
(> 36-370 C), kulit memerah, frekwensi nafas meningkat, kulit
hangat bila disentuh, takikardi
|
Gagal jantung kongestif
Pasien gelisah, stress
Respon imun menurun
Resiko infeksi
|
Resiko infeksi
|
|||
Data Subjektif :
Orang tua cemas, tidak tenang, dan emosinya labil
Data Objektif:
· Menarik diri
· Tidak ikut
bersedia dalam melakukan proses keperawatan
|
PDA (Patent Ductus Arteriosus)
Dampak hospitalisasi pada anak
Anak menangis dan ketakutan
Kecemasan pada orang tua
|
Kecemasan orang tua
|
D.
Diagnosa Keperawatan
1.
Penurunan curah jantung berhubungan dengan malforasi
jantung
2.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti
pulmonal
3.
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
dengan tidak adekuatnya suplay oksigen dan zat nutrisi ke jaringan
4.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
5.
Kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan
kalori
6.
Resiko infeksi berhubungan dengan menurunya status
kesehatan
7.
Kecemasan orang tua berhubungan dengan kurang
pengetahuan orang tua dan hospitalisasi.
E.
Intervensi Keperawatan
1.
Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.
þ Tujuan :
Mempertahankan curah jantung yang adekuat
þ Kriteria
hasil : Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung
Intervensi
|
Rasional
|
Mandiri
1. Observasi
kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan
kulit.
2. Tegakkan
derajat sianosis (sirkumoral, membran mukosa, clubbing).
3. Monitor
tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, mudah lelah,
periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali).
Kolaborasi
1. Pemberian
digoxin sesuai order, dengan menggunakan teknik pencegahan bahaya toksisitas.
2. Berikan
pengobatan untuk menurunkan afterload.
3. Berikan
diuretik sesuai indikasi.
|
Mandiri
1. Permulaan
gangguan pada jantung akan ada perubahan tanda-tanda vital, semuanya harus
cepat dideteksi untuk penanganan lebih lanjut.
2. Pucat
menunjukkan adanya penurunan perfusi sekunder terhadap ketidak adekuatan
curah jantung, vasokonstriksi dan anemia.
3. Deteksi dini
untuk mengetahui adanya gagal jantung kongestif.
Kolaborasi
1. Obat ini dapat
mencegah semakin memburuknya keadaan klien.
2. Obat anti
afterload mencegah terjadinya vasokonstriksi.
3. Diuretik
bertujuan untuk menurunkan volume plasma dan menurunkan retensi cairan di
jaringan sehingga menurunkan risiko terjadinya edema paru.
|
2.
Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal.
þ Tujuan :
Mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru.
þ
Kriteria hasil : Anak akan menunjukkan tanda-tanda
tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru
Intervensi
|
Rasional
|
1. Observasi
kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna dan kehangatan
kulit.
2. Atur posisi
anak dengan posisi fowler.
3. Hindari anak
dari orang yang terinfeksi.
4. Berikan
istirahat yang cukup
Kolaborasi
1. Berikan
oksigen jika ada indikasi
|
1. Untuk
memudahkan pasien dalam bernapas.
2. Agar anak
tidak tertular infeksi yang akan memperburuk keadaan.
3. Menurunkan
kebutuhan oksigen dalam tubuh.
4. Membantu klien
untuk memenuhi oksigenasinya.
Kolaborasi
1. Untuk deteksi
dini terjadinya gangguan pernapasan
|
3.
Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh
tubuh dan suplai oksigen ke sel.
þ Tujuan :
Mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat.
þ Kriteria
hasil : Anak akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji toleransi
pasien terhadap aktivitas menggunakan parameter berikut : Nadi 20 per menit
diatas frekuensi istirahat, catat peningkatan TD, Nyeri dada, kelelahan
berat, berkeringat, pusing dan pingsan.
2. Kaji kesiapan pasien
untuk meningkatkan aktivitas
3. Dorong
memajukan aktivitas
4. Berikan
bantuan sesuai dengan kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi.
5. Dorong pasien
untuk partisipasi dalam memilih periode.
|
1. Jika tidak
sesuai parameter, klien dikaji ulang untuk mendapatkan perawatan lebih
lanjut.
2. Persiapkan dan
dukung klien untuk melakukan aktivitas jika sudah mampu.
3. Agar klien
termotivasi untuk melakukan aktivitas sehingga terpacu untuk sembuh.
4. Memudahkan
klien ntuk beraktivitas tapi tidak memanjakan.
5. Klien termotivasi
untuk sembuh.
|
4.
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen
dan zat nutrisi
ke jaringan.
þ Tujuan :
Memberikan support untuk tumbuh kembang
þ
Kriteria hasil: Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva
pertumbuhan berat dan tinggi badan.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji tingkat
tumbuh kembang anak.
2. Berikan
stimulasi tumbuh kembang, kativitas bermain, game, nonton TV, puzzle,
nmenggambar, dan lain-lain sesuai kondisi dan usia anak.
3. Libatkan
keluarga agar tetap memberikan stimulasi selama dirawat.
|
1. Memantau masa
tumbuh kebang anak
2. Agar anak bisa
tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya.
3. Anggota
keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap proses pertumbuhan dan juga
perkembangan anak-anak
|
5.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan
dan meningkatnya kebutuhan kalori.
þ Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan keperawatan nafsu makan timbul kembali dan status nutrisi
terpenuhi.
þ Kriteria
hasil :
a. Status
nutrisi terpenuhi
b. Nafsu makan
klien timbul kembali
c.
Berat badan normal
d.
Jumlah Hb dan albumin normal
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji pemenuhan
kebutuhan nutrisi klien.
2. Mencatat
intake dan output makanan klien.
3. Kolaborasi
dengan ahli gizi untuk membantu memilih makanan yang dapat memenuhi kebutuhan
gizi selama sakit.
4. Manganjurkn
makan sedikit- sedikit tapi sering.
|
1. Mengetahui
kekurangan nutrisi klien.
2. Mengetahui
perkembangan pemenuhan nutrisi klien.
3. Ahli gizi
adalah spesialisasi dalam ilmu gizi yang membantu klien memilih makanan
sesuai dengan keadaan sakitnya, usia, tinggi, berat badannya.
4. Dengan
sedikit tapi sering mengurangi penekanan yang berlebihan pada lambung.
|
6.
Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan.
þ Tujuan :
Mencegah resiko infeksi
þ
Kriteria hasil : Anak tidak akan menunjukkan
tanda-tanda infeksi
Intervensi
|
Rasional
|
1. Pantau
tanda-tanda vital.
2. Lakukan
perawatan terhadap prosedur inpasif seperti infus, kateter, drainase luka,
dll.
3. Jika ditemukan
tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan leukosit.
4. Kolaborasi
untuk pemberian antibiotik,
|
1. Jika ada
peningkatan tanda-tanda vital besar kemungkinan adanya gejala infeksi karena
tubuh berusaha intuk melawan mikroorganisme asing yang masuk maka terjadi
peningkatan tanda vital.
2. Untuk
mengurangi risiko infeksi nosokomial.
3. Penurunan Hb
dan peningkatan jumlah leukosit dari normal membuktikan adanya tanda-tanda
infeksi.
4. Antibiotik
mencegah perkembangan mikroorganisme patogen.
|
7.
Kecemasan orang tua b.d kurang pengetahuan orang tua dan hospitalisasi.
þ Tujuan:
kecemasan menurun.
þ
Kriteria hasil: Orang tua tampak tenang ,orang tua
tidak bertanya-tanya lagi,orangtua berpartisipasi dalam proses perawatan.
Intervensi
|
Rasional
|
1. Kaji tingkat
pengetahuan orang tua.
2. Beri
penjelasan tentang keadaan bayinya.
3. Libatkan
keluarga dalam perawatan bayinya.
4. Berikan
support dan reinforcement atas apa yang dapat dicapai oleh orang tua.
5. Latih
orang tua tentang cara-cara perawatan bayi dirumah sebelum bayi pulang.
|
1. Pengetahuan
orang tua akan mempengaruhi persepsi dan tingkahlakunya
pada anak.
2. Dengan
mengetahui kondisi anaknya, akan mengurangi kecemasan orang tua.
3. Akan
membuat orang tua nyaman dan lebih tenang jika senantiasa dekat dengan
anaknya.
4. Dukungan
dan kasih sayang orang tua akan mempercepat kesembuhan anak.
5. Dengan
menambah pengetahuan orang tua dalam perawatan anaknya akan mempermudah
proses perawatan dan penyembuhan anak.
|
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Patent Ductus Arteriosus (PDA) adalah kelainan jantung kongenital (bawaan)
dimana tidak terdapat penutupan (patensi) duktus arteriosus yang menghubungkan
aorta dan pembuluh darah besar pulmonal. Kondisi ini sering ditemui pada bayi
yang lahir prematur namun tidak menutup kemungkinan terjadi pada bayi cukup
bulan. Duktur arteriosus umumnya menutup 12-24 jam setelah bayi lahir dan
mencapai penutupan sempurna pada usia 3 minggu. Apabila duktus tersebut masih
terbuka, penutupan spontan 75% dapat terjadi sampai bayi berusia 3 bulan. Lebih
dari 3 bulan, penutupan spontan sangat jarang terjadi.
Gejala dari PDA tergantung dari besarnya kebocoran, apabila Duktus
Arteriosus (DA) kecil mungkin saja tidak menimbulkan gejala, apabila DA sedang
sampai besar dapat mengalami batuk, sering infeksi saluran pernapasan, dan
infeksi paru. Apabila DA besar, maka gagal jantung serta gagal tumbuh dapat
terjadi. Pada PDA manapun juga, penutupan baik dengan operasi maupun
kateterisasi (tanpa operasi) sebaiknya dilakukan mempertimbangkan risiko
terinfeksinya jantung akibat kelainan ini. Apabila tetap tidak ditangani, dapat
terjadi kemungkinan risiko kematian 20% pada usia 20 tahun, 42% pada usia 45
tahun, dan 60% pada usia 60 tahun.
B. Saran
Diharapkan dapat menjadi acuan bagi pembaca terutama
perawat dalam membuat asuhan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, Lynda Juall,
2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta.
2. Doenges, M.E.,Moorhouse
M.F.,Geissler A.C., 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
3. Engram, Barbara, 1998,
Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3, EGC, Jakarta.
Dr itua healing herbs.
BalasHapusThe worst time has passed”However, it is true that there are more improvements than before...because of the rising numbers of people living with HIV in the state of Nevada. How could they stigmatize all of them? Therefore everything becomes a little easier and we start to share everything... We also started to invite and visit each other in a community. You know, it is six years since I started taking antiretroviral drugs...Yet whatever problems I face, the worst time has passed
When I was evicted from the family home by my mother, my father rented a small room for me. But my mother and brothers believed that having HIV was my own fault – and that I deserved to be punished...I also considered myself unworthy and without hope... But I have a child and eventually I convinced myself to live for my child’s sake.
My mother knew nothing [about HIV]. She didn’t understand anything. Do you know why? She didn’t have [the chance] to go out of the house and communicate with society. However, my father does interact with the community. I know his friends are mature and dignified in africa america. So he has a better understanding than her.
My father came call me on a sadfull day sitting on my couch about a friend of his from africa who introduce him to Dr Itua herbal cure in africa in which he advise we should purchase his herbal medicine to cure my hiv so we did and Dr Itua prescribed I should drink the herbal medicine for two weeks to cure although we were so curious about the whole thing ,I finished the herbal medicine like he advised then he talked to me to visit my nearest clinic for check up I did and now I'm totally cured from Hiv my father was my rock and I and my family are now happy together also Dr Itua has be helpful in my community ever since he cure my Hiv and my tinnitus so why I'm leaving my story on here today is to reach out someone out here to hope on God and never give up no matter the situation you that you are facing especially through this pandemic seasons which has really taught us all on how we should be helpful to each other and cherish one another.
Dr Itua cures the following diseases..... Herpes,Liver cancer,Throat cancerLeukemia. ,Alzheimer's disease,Chronic Diarrhea,Copd,Parkinson,Als,Adrenocortical carcinoma Infectious mononucleosis.
Intestinal cancer,Uterine cancer,Fibroid,Bladder cancer,Hiv,Esophageal cancer,Gallbladder cancer,Kidney cancer,Hpv,Lung cancer,Melanoma,Mesothelioma,Multiple myeloma,Oral cancer,Sinus cancer,Hepatitis A,B/C,Skin cancer,Soft tissue sarcoma,Spinal cancer,Stomach cancer,Vaginal cancer,Tinnitus,Vulvar cancer,
Testicular cancer ,Thyroid Cancer.
You can contact Dr Itua Herbal Center on E-Mail: drituaherbalcenter@gmail.com .www.drituaherbalcenter.com.