Minggu, 02 Februari 2014

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI


A.    PENGERTIAN
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg.  Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolic 90 mmHg. (Bruner dan Suddarth, 2002: 896).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg.(Smeltzer,2001)


B.     ETIOLOGI
Penderita hipertensi bertambah degan bertambahnya usia. (Darmojo, 1999). Penyebab hipertensi diantaranya karena faktor keturunan, ciri dari perseorangan serta kebiasaan hidup seseorang. Seseorang memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orangtuanya adalah penderita hipertensi. Sedangkan ciri perseorangan yang berupa umur, jenis kelamin dan ras juga mempengaruhi timbulnya hipertensi. Umur yang bertambah menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi dibandingkan wanita. Ras kulit hitam hampir dua kali lebih banyak dibanding dengan orang kulit putih. Kebiasaan hidup seseorang dengan konsumsi garam tinggi, kegemukan atau makan berlebihan, stres atau ketegangan jiwa, kebiasaan merokok, minum alkohol dan obat-obatan akan memicu terjadinya hipertensi. (lany, 2001). Dapat dikatakan kebiasaan yang buruk akan memperberat resiko terjadinya hipertensi.
Pada Usia lanjut, penyebab perubahan tekanan darah adalah karena adanya aterosklerosis,
hilangnya elastisitas pembuluh darah, menurunnya distensi dan daya regang pembuluh darah.
Berdasarkan etiologinya Hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
1.      Hipertensi Esensial (Primer)
Penyebab tidak diketahui namun banyak factor yang mempengaruhi seperti genetika, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatik, system rennin angiotensin, efek dari eksresi Na, obesitas, merokok dan stress.
2.      Hipertensi Sekunder
Dapat diakibatkan karena penyakit parenkim renal/vaskuler renal. Penggunaan kontrasepsi oral yaitu pil. Gangguan endokrin dll.


C.    MANIFESTASI KLINIS
1.      Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg
2.      Kelelahan , letih
3.      Nafas pendek
4.      Sakit kepala, pusing
5.      Mual, muntah
6.      Gemetar
7.      Nadi cepat setelah aktivitas
8.      Sulit bernafas saat aktivitas
9.      Gangguan penglihatan
10.  Sering marah
11.  Mimisan
12.  Kaku pada leher atau bahu


D.    PATOFISIOLOGI




E.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dilakukan 2 cara yaitu :
1.      Pemeriksaan yang segera seperti :
a.       Darah rutin (Hematokrit/Hemoglobin): untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti: hipokoagulabilitas, anemia.
b.      Blood Unit Nitrogen/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
c.       Glukosa: Hiperglikemi (Diabetes Melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh pengeluaran Kadar ketokolamin (meningkatkan hipertensi).
d.      Kalium serum: Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e.       Kalsium serum : Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
f.       Kolesterol dan trigliserid serum : Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/ adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g.      Pemeriksaan tiroid : Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
h.      Kadar aldosteron urin/serum : untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab)
i.        Urinalisa: Darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal dan ada DM.
j.        Asam urat : Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k.      Steroid urin : Kenaiakn dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l.        Foto dada: apakah ada oedema paru (dapat ditunggu setelah pengobatan terlaksana) untuk menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
m.   EKG : perbesaran jantung gangguan konduksi (Smeltzer, 2001)

2.      Pemeriksaan lanjutan ( tergantung dari keadaan klinis dan hasil pemeriksaan yang pertama ) :
a.       IVP :Dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureter.
b.      CT Scan: Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.
c.       IUP: mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti: Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
d.      Menyingkirkan kemungkinan tindakan bedah neurologi: Spinal tab, CAT scan.
e.       (USG) untuk melihat struktur gunjal dilaksanakan sesuai kondisi klinis pasien.


F.     PENATALAKSANAAN
1.      Penatalaksanaan non farmakologis atau perubahan gaya hidup
Pengurangan asupan garam serta upaya penurunan berat badan merupakan langkah awal pengobatan hipertensi. Pembatasan asupan garam sampai 60 mmol/hari, berarti tidak menambahkan garam pada waktu makan. Akan sulit dilaksanakan karena akan mengurangi asupan garam secara ketat dan akan mempengaruhi kebiasaan makan pasien secara drastis.
Pada beberapa penyelidikan didapatkan bahwa diet rendah lemak jenuh dapat mengurangi resiko penyakit kardiovaskuler. Dengan melakukan aktivitas fisik yang teratur dapat menurunkan tahanan perifer sehingga dapat menurunkan tekanan darah.
Perubahan gaya hidup lain ialah menghindari faktor resiko seperti merokok, minum alkohol, hiperlipidemia, stres. Merokok dapat meningkatkan tekanan darah, alkohol diketahui dapat meningkatkan tekanan darah sehingga menghindari alkohol berarti menghindari kemungkinan mendapat hipertensi. Relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem saraf autonom dengan kemungkinan dapat pula menurunkan tekanan darah.
2.      Penatalaksanaan farmakologis atau pengobatan hipertensi
Keputusan untuk mulai memberikan obat antihipertensi berdasarkan beberapa faktor seperti derajat peninggian tekanan darah, terdapatnya kerusakan organ target dan terdapatnya manifetasi klinis penyakit kardiovaskuler atau faktor resiko lain. Apabila penderita hipertensi ringan berada dalam risiko tinggi(pria, perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap, diatas 85 atau 95 mmHg dan sistoliknya diatas 130 sampai 139 mmHg maka perlu dimulai terapi obat-obatan.(Smeltzer,2001)
Jenis-jenis obat hipertensi yaitu sebagai berikut :
a.       Diuretik
Cara kerja obat ini yaitu dengan meningkatkan volume air seni dan pengeluaran Natrium (garam) melalui air seni tersebut. Obat golongan diuretik yang lazim diberikan adalah tiazid. Efek samping terjadinya penyakit “gout” dan kadar gula  pada DM sedikit meningkat.
b.      Beta Bloker
Bekerja dengan menghambat kerja hormon stres yaitu adrenalin terhadap jantung dan pembuluh darah. Efek samping rasa lelah dan lesu, kaki lemah dan tangan (kaki) terasa dingin. Yang termasuk yaitu asebutolol, alprenolol, propanolol, timolol, pindolol,dll.
c.       Antagonis Kalsium
Antagonis kalsium bekerja dengan cara mengurangi jumlah kalsium yang masuk ke sel otot dinding pembuluh darah dan jantung serta mengurangi ketegangan otot. Berkurangnya tegangan otot ini mengakibatkan tekanan darah turun. Efek samping adalah sakit kepala, muka merah dan pembengkakan pergelangan kaki. Golongan obat ini seperti nifedipine, diltiazim, verapamil, amlodipin, felodipin dan nikardipin.
d.      Penghambat enzim konversi Angiotensin (Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor atauACE Inhibitor)
ACE inhibitor menghambat substansi yang dihasilkan ginjal,  yang bertugas menyempitkan arteri kecil. Efek samping : terjadi penurunan tekanan darah yang drastis, gangguan pengecap dan batuk yang menggelitik. contoh losartan, valsartan dan irbesartan.
e.       Vasodilator
Bekerja dengan melebarkan arteri secara langsung. Efek samping dari vasodilator sedikit meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan pembengkakan pergelangan kaki. Yang temasuk golongan ini adalah doksazosin, prazosin, hidralazin, minoksidil, diazosid dan sodium nitroprusid.
f.       Golongan penghambat simpatetik
Penghambatan aktivitas simpatik dapat terjadi pada pusat vasomotor otak seperti pada pemerian metildopa dan klonidin atau pada ujung saraf perifer seperti reserpin dan guanetidine.(Susalit, 2001)



ASUHAN KEPERWATAN PADA KLIEN
DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER
“HIPERTENSI”


A.    PENGKAJIAN
Pengumpulan Data
Biodata identitas klien dan penanggung jawab
1.      Identitas Klien
Dikaji nama, jenis kelamin, agama, alamat, suku bangsa, pekerjaan dan lain-lain.
2.      Identitas penanggung jawab
Dikaji nama, alamat, pekerjaan dan hubungan dengan klien.
3.      Riwayat Kesehatan
a.       Keluhan Utama
(Menjelaskan keluhan yang paling dirasakan oleh klien saat ini)
b.      Riwayat Kesehatan Sekarang
(Menjelaskan uraian kronologis sakit klien sekarang sampai klien dibawa ke RS, ditambah dengan keluhan klien saat ini yang diuraikan dalam konsep PQRST)
·         P : Palitatif /Provokatif
(Apakah yang menyebabkan gejala, apa yang dapat memperberat dan menguranginya)
·         Q : Qualitatif /Quantitatif
(Bagaimana gejala dirasakan, nampak atau terdengar, sejauhmana merasakannya sekarang)
·         R : Region
(Dimana gejala terasa, apakah menyebar)
·         S : Skala
(Seberapakah keparahan dirasakan dengan skala 1 s/d 10)
·         T : Time
(Kapan gejala mulai timbul, berapa sering gejala terasa, apakah tiba-tiba atau bertahap)
c.       Riwayat Kesehatan Dahulu
(Mengidentifikasi riwayat kesehatan yang memiliki hubungan dengan atau memperberat keadaan penyakit yang sedang diderita klien saat ini. Termasuk faktor predisposisi penyakit dan ada waktu proses sembuh)
d.      Riwayat Kesehatan Keluarga
(Mengidentifikasi apakah di keluarga klien ada riwayat penyakit turunan atau riwayat penyakit menular)
e.       Pola Aktivitas Sehari-hari
(Membandingkan pola aktifitas keseharian klien antara sebelum sakit dan saat sakit, untuk mengidentifikasi apakah ada perubahan pola pemenuhan atau tidak)
4.      Pemeriksaan Fisik
(Fokus pada struktur dan perubahan fungsi yang terjadi dengan tehnik pemeriksaan yang digunakan Head to Toe yang diawali dengan observasi keadaan umum klien. Dan menggunakan pedoman 4 langkah yaitu Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi)
5.      Data Psikologis
(Berisi tentang status emosi klien, kecemasan, pola koping, gaya komunikasi, dan konsep diri)
6.      Data Sosial
(Berisi hubungan dan pola interaksi klien dalam keluarga dan masyarakat)
7.      Data Spiritual
(Mengidentifikasi tentang keyakinan hidup, optimisme terhadap kesembuhan penyakit, gangguan dalam melaksanakan ibadah)
8.      Data Penunjang
(Berisi tentang semua prosedur diagnostik dan laporan laboratorium  yang dijalani klien, dituliskan hasil pemeriksaan dan nilai normal, dituliskan hanya 3 kali pemeriksaan terakhir secara berturut-turut. Bila hasilnya fluktuatif, buat keterangan secara naratif)
9.      Program dan Rencana Pengobatan
(Berisi tentang program pengobatan yang sedang dijalani dan yang akan dijalani oleh klien)


B.   DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1.       Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral
2.       Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
3.       Cemas berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi yang diderita klien
4.       Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan denganpeningkatan afterload, vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler, iskemia miokard
5.       Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit


C.    PERENCANAAN
1.      Gangguan rasa nyaman nyeri (sakit kepala) b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Tujuan             :    Menghilangkan rasa nyeri
Kriteria hasil    :
a)      Melaporkan ketidanyamanan hilang atau terkontrol.
b)      Mengikuti regimen farmakologi yang diresepkan.

Intervensi
Rasional
1.      Pertahankan tirah baring selama fase akut
2.      Berikan tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala, misalnya kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher.
3.      Hilangkan/minimalkan aktifitas vasokontraksi yang dapat meningkatkan sakit kepala, misalnya batuk panjang, mengejan saat BAB.
4.      Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
5.      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas, diazepam dll.
1.      Meminimalkan stimulasi dan meningkatkan relaksasi.
2.      Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral, efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
3.      Aktifitas yang meningkatkan vasokontraksi menyebabkan sakit kepala pada adanya peningkatan vaskuler serebral.
4.      Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang berlebihan yang memperberat kondisi klien.
5.      Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf simpatis.

2.      Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi inadekuat
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
a)      Klien menunjukkan peningkatan berat badan.
b)      Menunjukkan perilaku meningkatkan atau mempertahankan berat badan ideal
Intervensi
Rasional
1.      Bicarakan pentingnya menurunkan masukan lemak, garam dan gula sesuai indikasi.
2.       Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diet.
3.       Dorong klien untuk mempertahankan masukan makanan harian termasuk kapan dan dimana makan dilakukan, lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan dimakan.
4.      Intruksikan dan bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, es krim, daging dll) dan kolesterol (daging berlemak, kuning telur, produk kalengan,jeroan).
5.      Kolaborasi dengan ahli gizi sesuai indikasi.
1.      Kesalahan kebiasaan makan menunjang terjadinya aterosklerosis, kelebihan masukan garam memperbanyak volume cairan intra vaskuler dan dapat merusak ginjal yang lebih memperburuk hipertensi.
2.      Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dalam program diit terakhir.
3.      Memberikan data dasar tentang keadekuatan nutrisi yang dimakan dan kondisi emosi saat makan, membantu untuk memfokuskan perhatian pada factor mana pasien telah/dapat mengontrol perubahan.
4.      Menghindari makanan tinggi lemak jenuh dan kolesterol penting dalam mencegah perkembangan aterogenesis.
5.      Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi kebutuhan diet individual.

3.    Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
Tujuan : tidak terjadi intoleransi aktivitas.
Kriteria Hasil :
a)      Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan atau diperlukan.
b)      Melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat diukur.

Intervensi
Rasional
1.      Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunakan parameter : frekwensi nadi 20 x/menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan TD, dipsnea,atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat, pusing atau pingsan.
2.      Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan/kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas dan perawatan diri.
3.      Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri.
4.      Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi, menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya.
5.      Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas.
1.      Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan kerja jantung.
2.      Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan tingkat aktivitas individual.
3.      Konsumsi oksigen miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen yang ada. Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba pada kerja jantung.
4.      Teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
5.      Jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan.



DAFTAR PUSTAKA


þ  Bare&Smeltzer, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol 2, Jakarta, EGC
þ  Mansjoer, A, dkk, 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta, Media Aesculapius FKUI

þ  Ridwan, M 2009. Mengenal,Mencegah,Mengatasi Silent Killer Hipertensi, Semarang, Pustaka Widyamara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar