Kamis, 21 Maret 2013

KELAINAN CAIRAN ELEKTROLIT


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Manusia sebagai organisme multiseluler dikelilingi oleh lingkungan luar dan
sel-selnya pun hidup dalam milieu interior yang berupa darah dan cairan tubuh lainnya. Cairan dalam tubuh, termasuk darah meliputi lebih kurang 60% dari total berat badan laki-laki dewasa. Dalam cairan tubuh terlarut zat-zat makanan dan ion-ion yang diperlukan oleh sel untuk hidup, berkembang dan menjalankan tugasnya.
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Cairan dan elektrolit merupakan bagian dalam tubuh yang berperan dalam memelihara fungsi dari organ tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit sangat penting dalam proses hemostasis baik untuk meningkatkan kesehatan maupun dalam proses penyembuhan penyakit. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya.  jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa pengertian cairan dan elektrolit itu ?
2.    Apa yang dimakud dengan cairan intraseluler dan ekstraseluler ?
3.    Faktor-faktor apa saja yang dapat mempegaruhi keseimbangan cairan dan
elektrolit ?
4.    Apa saja gangguan keseimbangan cairan elektrolit tubuh ?



C.    MANFAAT PENULISAN
1.      Mengetahui pengertian cairan dan elektrolit
2.      Mengetahui yang dimakud dengan cairan intraseluler dan ekstraseluler
3.      Untuk mengetahui Faktor-faktor  yang dapat mempegaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
4.      Mengetahui gangguan keseimbangan cairan elektrolit tub

  

  

BAB II
PEMBAHASAN


A.    PENGERTIAN
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.
1.      Proportion Of Body FluidProsentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung beberapa hal antara lain :
a.       Umur
b.      Kondisi lemak tubuh
c.       Jenis kelamin.
Perhatikan Uraian berikut ini :
a.       Bayi (baru lahir) 75 %
b.      Dewasa : Pria (20-40 tahun) 60 %              Wanita (20-40 tahun) 50 %
c.       Usia Lanjut 45-50 %  Pada orang dewasa kira-kira  40 % berat badannya atau 2/3 dari TBW-nya berada di dalam sel (cairan intraseluler/ICF), sisanya atau 1/3 dari TBW atau 20 % dari berat badannya berada di luar sel (ekstraseluler) yang terbagi dalam   15 % cairan interstitial, 5 % cairan intavaskuler dan 1-2 % transeluler.
2.      Cairan elektrolit dan nonelektrolit
Non elektrolit adalah zat terlarut yang tidak terurai dalam larutan dan tidak bermuatan listrik, seperti : protein, urea, glukosa, oksigen, karbon dioksida dan asam-asam organik. Sedangkan elektrolit tubuh mencakup natrium (Na+),  kalium (K+),  Kalsium (Ca++),  magnesium (Mg++),  Klorida (Cl-),  bikarbonat (HCO3-),  fosfat (HPO42-), sulfat (SO42-).
3.      Perpindahan Cairan dan Elektrolit
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
a.       Fase I : Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal
b.      Fase II   : Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
c.       Fase III :  Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke dalam sel.

Secara Skematis Jenis dan Jumlah Cairan Tubuh dapat digambarkan sebagai berikut


B.     RUTE PEMASUKAN DAN KEHILANGAN CAIRAN TUBUH
Air dan elektrolit diperoleh dengan berbagai cara. Dalam keadaan sehat, seseorang memperoleh cairan dengan minum dan makan. Dalam beberapa jenis penyakit, cairan mungkin diberikan melalui jalur parental (secara intravena atau subkutan) atau melalui selang nutrisi enteral dalam lambung atau intestin. Jika keseimbangan cairan bersifat kritis, semua cara pemenuhan dan semua cara kehilangan harus dicatat dan volumenya dibandingkan. Organ-organ tempat kehilangan cairan termasuk ginjal, kulit, dan saluran gastrointestinal.
1.      Ginjal
Volume urin yang biasa pad orang dewasa adalah antara 1 dan 2 liter per hari. Sebagai aturan umum adalah haluaran kurang lebih 1 ml urin per kilogram dari berat badan per jam (1 ml/kg/jam) pada semua kelompok usia.
2.      Kulit
Perspirasi kasat mata mengacu pada kehilangan air dan elektrolit yang dapat terlihat melalui kulit dengan cara berkeringat. Zat terlarut utama dalam keringat adalah natrium, klorida, dan kalium. Kehilagan keringat yang nyata dapat bervariasi dari 0 sampai 1000 ml atau lebih setiap jam, tergantung pada suhu lingkungan. Kehilangan air yang terus menerus melalui evaporasi (kurang lebih 600 ml/hari) terjadi melalui kulit sebagai perspirasi tidak kasat mata, suatu bentuk kehilangan air yang tidak tampak. Demam banyak meningkatkan kehilangan air tidak kasat mata melalui paru-paru dan kulit, seperti kehilangan barier kulit alami melalui luka bakar yang luas.
3.      Paru – Paru
Paru-paru normalnya membuang uap air (kehilangan tidak kasat mata) pada tingkat antara 300 sampai 400 ml setiap hari. Kehilangan lebih besar dengan peningkatan frekuensi atau kedalaman pernapasan, atau keduanya.
4.      Traktus Gastrointestinal
Kehilangan yang lazim melalui saluran gastrointestinal hanya 100 sampai 200 ml setiap hari, meskipun kurang lebih 8 liter cairan bersirkulasi melalui sistem gastrointestinal setiap 24 jam (disebut “sirkulasi gastrointestinal”). Karena cairan dalam jumlah besar direabsorpsi dalam usus halus, jelas bahwa kehilangan yang besar dapat terjadi melalui saluran gastrointestinal jika terjadi diare atau fistula.
Pada orang yang sehat, rata-rata masukan dan haluaran air dalam       24 jam kurang lebih sama.
5.      Mengembalikan Cairan Tubuh
Untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang, kita harus banyak minum minimal 8 gelas (± 2 liter ) air setiap hari yang bisa didapat dari :
a.       Air putih yang higienis/air mineral
Air putih mengandung beberapa zat penting untuk tubuh seperti oksigen, magnesium, sulfur, dan klorida.
b.      Air berion
Air berion tidak hanya menghilangkan dahaga melainkan juga berfungsi sebagai sumber energi seperti halnya karbohidrat, lipid, dan protein. Air berion bekerja sebagai perantara dalam reaksi-reaksi biokimia dan berperan dalam proses metabolisme tubuh sehingga dapat mengembalikan kesegaran otot tubuh setelah beraktivitas mengeluarkan keringat dengan cepat.
c.       Jus buah
Selain rasanya nikmat dan segar, jus buah mengandung beragam vitamin dan mineral yang menyehatkan. Menurut penelitian, jus jambu biji mengandung vitamin C sebanyak 3-6 kali lebih tinggi dibandingkan jus jeruk, 10 kali lebih tinggi dibandingkan pepaya, dan 10-30 kali lebih tinggi dibanding pisang. Namun, atlet kurang disarankan meminum jus buah saat berolahraga karena cairan padatnya tidak mudah terserap tubuh.

C.    GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
Tiga kategori umum yang menjelaskan abnormalitas cairan tibuh adalah  :
1)   Volume
2)   Osmolalitas
3)   Komposisi
Ketidakseimbangan osmotik terutama mempengaruhi cairan intraseluler (ICF) dan menyangkut bertambahnya atau kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif tidak seimbang. Gangguan osmotik umumnya berkaitan dengan hiponatremia dan hipernatremia sehingga nilai natrium serum penting untuk mengenali keadaan ini. Kadar dari kebanyakan ion di dalam ruang ekstraseluler dapat berubah tanpa disertai perubahan yang jelas dari jumlah total dari partikel-partikel yang aktif secara osmotik sehingga mengakibatkan perubahan komposisional.
1.      Hipovolemia
Kekurangan Volume Cairan Ekstraseluler (ECF) Kekurangan volume ECF atau hipovolemia didefinisikan sebagai kehilangan cairan tubuh isotonik, yang disertai kehilangan natrium dan air dalam jumlah yang relatif sama. Kekurangan volume isotonik sering kali diistilahkan dehidrasi yang seharusnya dipakai untuk kondisi kehilangan air murni yang relatif mengakibatkan hipernatremia.
a.       Cairan Isotonis adalah cairan yang konsentrasi/kepekatannya sama dengan cairan tubuh, contohnya : larutan NaCl 0,9 %, Larutan Ringer Lactate (RL).
b.      Cairan hipertonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekatannya melebihi cairan tubuh, contohnya Larutan dextrose 5 % dalam NaCl normal, Dextrose 5% dalam RL, Dextrose 5 % dalam NaCl 0,45%.
c.       Cairan Hipotonis adalah cairan yang konsentrasi zat terlarut/kepekataannya kurang dari cairan tubuh, contohnya : larutan Glukosa 2,5 %., NaCl.0,45 %, NaCl 0,33 %.
2.      Hipervolemia
Kelebihan cairan ekstraseluler dapat terjadi bila natrium dan air kedua-duanya tertahan dengan proporsi yang kira- kira sama. Dengan terkumpulnya cairan isotonik yang berlebihan pada ECF (hipervolumia) maka cairan akan berpindah ke kompartement cairan interstitial sehingga mnyebabkan edema. Edema adalah penunpukan cairan interstisial yang berlebihan. Edema dapat terlokalisir atau generalisata.
3.      Ketidakseimbangan Osmolalitas dan perubahan komposisional Ketidak-seimbangan osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut dalam cairan-cairan tubuh. Karena natrium merupakan zat terlarut utama yang aktif secara osmotik dalam ECF maka kebanyakan kasus hipoosmolalitas (overhidrasi) adalah hiponatremia yaitu rendahnya kadar natrium di dalam plasma dan hipernatremia yaitu tingginya kadar natrium di dalam plasma.
4.      Hipokalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum kurang dari 3,5 mEq/L.
5.      Hiperkalemia adalah keadaan dimana kadar kalium serum lebih dari atau sama dengan 5,5 mEq/L. Hiperkalemia akut adalah keadaan gawat medik yang perlu segera dikenali, dan ditangani untuk menghindari disritmia dan gagal jantung yang fatal.
6.      Edema 
penimbunan abnormal cairan dalam ruang jaringan intersel atau ruangan tubuh.Terjadi apabila :
a.       Tekanan hidrostatik vaskuler meningkat
b.      Tekanan osmotik koloid plasma menurun
c.       Gangguan aliran limfe
Gambaran klinis 3 tempat tersering ( makroskopis ) :
a.       Jaringan subkutan ditandai  tanda :  pitting edema
b.      Paru-paru ditandai sembab ( sesak )
c.       Otak
Penyebab primer edema : Tekanan hidrostatik meningkat, tekanan osmotic menurun, sunbatan limfe dan retensi natrium.
7.      Dehidrasi
Gangguan keseimbangan air ditandai oleh “output” yang melebihi “intake” dan sering disertai gangguan elektrolit. Penyebab :
a.       Water (H2O) depletion (dehidrasi primer)
b.      Sodium (Na) depletion (dehidrasi sekunder)
c.       H2O dan Na depletion.
8.      Hiponatremia
kadar Na+ serum di bawah normal (<> . penyebabnya adalah CHF, gangguan ginjal dan sindroma nefrotik, hipotiroid, penyakit Addison.
Tanda dan Gejala :
a.       Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual, muntah, sakit kepala dan keram otot.
b.      Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam, bisa terjadi sakit kepala hebat, letargi, kejang, disorientasi dan koma.
c.       Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung, penyakit Addison).
d.      Jika hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan, mungkin ada tanda-tanda syok seperti hipotensi dan takikardi.

9.      Hipernatremia
Na+ serum di atas normal (>145 mEq/L). Penyebabnya adalah kehilangan Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi diuretik, diuresis osmotik, diabetes insipidus, sekrosis tubulus akut, uropati pasca obstruksi, nefropati hiperkalsemik; atau karena hiperalimentasi dan pemberian cairan hipertonik lain.
Tanda dan Gejala :
a.       iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma yang sekunder terhadap hypernatremia.
10.  Hipokalemia
kadar K+ serum di bawah normal. Penyebabnya adalah :
a.       Kehilangan K+ melalui saluran cerna (misalnya pada muntah-muntah, sedot nasogastrik, diare, sindrom malabsorpsi, penyalahgunaan pencahar)
b.      Diuretik
c.       Asupan K+ yang tidak cukup dari diet
d.      Ekskresi berlebihan melalui ginjal
e.       Maldistribusi K+
f.       Hiperaldosteron
Tanda dan Gejala : Lemah (terutama otot-otot proksimal), mungkin arefleksia, hipotensi ortostatik, penurunan motilitas saluran cerna yang menyebabkan ileus. Hiperpolarisasi myokard terjadi pada hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut ektopik ventrikel, reentry phenomena, dan kelainan konduksi. EKG sering memperlihatkan gelombang T datar, gelombang U, dan depresi segmen ST.
11.  Hiperkalemia
kadar K+ serum di atas normal (> 5,5 mEq/L). Etiologi :
a.       Ekskresi renal tidak adekuat; misalnya pada gagal ginjal akut atau kronik, diuretik hemat kalium, penghambat ACE.
b.      beban kalium dari nekrosis sel yang masif yang disebabkan trauma (crush injuries), pembedahan mayor, luka bakar, emboli arteri akut, hemolisis, perdarahan saluran cerna atau rhabdomyolisis. Sumber eksogen meliputi suplementasi kalium dan pengganti garam, transfusi darah dan penisilin dosis tinggi juga harus dipikirkan.
c.       Perpindahan dari intra ke ekstraseluler; misalnya pada asidosis, digitalisasi, defisiensi insulin atau peningkatan cepat dari osmolalitas darah.
d.      Insufisiensi adrenal
e.       Pseudohiperkalemia. Sekunder terhadap hemolisis sampel darah atau pemasangan torniket terlalu lama
f.       Hipoaldosteron
Tanda dan Gejala : Efek terpenting adalah perubahan eksitabilitas jantung. EKG memperlihatkan perubahan-perubahan sekuensial seiring dengan peninggian kalium serum. Pada permulaan, terlihat gelombang T runcing (K+ > 6,5 mEq/L). Ini disusul dengan interval PR memanjang, amplitudo gelombang P mengecil, kompleks QRS melebar (K+ = 7 sampai 8 mEq/L). Akhirnya interval QT memanjang dan menjurus ke pola sine-wave. Fibrilasi ventrikel dan asistole cenderung terjadi pada K+ > 10 mEq/L. Temuan-temuan lain meliputi parestesi, kelemahan, arefleksia dan paralisis ascenden.



  


BAB III
PENUTUP

a.      KESIMPULAN
Air merupakan bagian terbesar dari komposisi tubuh manusia. Hampir semua reaksi di dalam tubuh manusia memerlukan cairan. Agar metabolisme tubuh berjalan dengan baik, dibutuhkan masukan cairan setiap hari untuk menggantikan cairan yang hilang. Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu : cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam nters vaskuler, cairan nterstitial adalah cairan yang terletak diantara sel, sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresi khusus seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

3.2.   KRITIK
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun untuk hasil yang lebih baik dari makalah ini.





DAFTAR PUSTAKA






Tidak ada komentar:

Posting Komentar