A.
DEFINISI
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat
menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4
sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak
dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak Virus
HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah
putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh
maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dengan kata lain, kehadiran virus ini dalam tubuh akan menyebabkan
defisiensi (kekurangan) sistem imun.
1.
Struktur dan Materi Genetik
HIV memiliki diameter 100-150 nm dan berbentuk sferis (spherical)
hingga oval karena bentuk selubung yang menyelimuti partikel virus (virion). Selubung virus
berasal dari membran sel inang yang sebagian besar tersusun dari lipida. Di dalam
selubung terdapat bagian yang disebut protein matriks. Bagian internal dari HIV terdiri dari
dua komponen utama, yaitu genom dan kapsid. Genom adalah materi genetik pada
bagian inti virus yang berupa dua kopi utas tunggal RNA. Sedangkan, kapsid adalah protein yang
membungkus dan melindungi genom.
Berbeda dengan sebagian besar
retrovirus yang hanya memiliki tiga gen (gag, pol, dan env),
HIV memiliki enam gen tambahan (vif, vpu, vpr, tat, ref, dan nef). Gen-gen tersebut disandikan oleh RNA
virus yang berukuran 9 kb. Kesembilan gen tersebut dikelompokkan menjadi tiga
kategori berdasarkan fungsinya, yaitu gen penyandi protein struktural (Gag,
Pol, Env), protein regulator (Tat, Rev), dan gen aksesoris (Vpu hanya pada
HIV-1, Vpx hanya pada HIV-2; Vpr, Vif, Nef).
Nama Gen dan Protein yang disandikan
|
Ukuran
|
Lokalisasi
|
Fungsi
|
Tat (trans-aktivator transkripsi)
|
86 asam amino (AA), 2 ekson, 14 kDalton
|
nukleus, nukleolus, protein awal
|
Penting untuk replikasi; Trans-aktivasi ekspresi mRNA
virus, mengatur ekspresi sitokin dan reseptor. [13]
|
Rev (regulator ekspresi protein virus)
|
116 AA, 2 ekson, 19 kDalton
|
Penting untuk replikasi; mengatur transkripsi dan ekspresi protein Gag, Pol, Env, Vif, Vpu, dan Vpr.[13]
|
|
Vif (faktor infektivitas virus)
|
192 AA, 23 kDalton
|
||
Vpr (Protein R virus)
|
96-106 AA, 10-15 kDalton
|
komponen dari inti virus dan kompleks membran
|
|
Vpx (Protein X virus)
|
112 AA, 12-16 kDalton
|
komponen virion
|
|
Vpu (Protein U virus)
|
81 AA (terfosforilasi), 9,2 & 16 kDalton
|
retikulum endoplasma, protein transmembran
|
|
Nef (Faktor Negatif)
|
206 AA, 27 kDalton
|
virion, sitoplasma, nukleus
|
2. Siklus Hidup virus HIV
Seperti virus
lain pada umumnya, HIV hanya dapat bereplikasi dengan memanfaatkan sel inang.
Siklus hidup HIV diawali dengan penempelan partikel virus (virion) dengan
reseptor pada permukaan sel inang, di antaranya adalah CD4, CXCR5, dan CXCR5.
Sel-sel yang menjadi target HIV adalah sel dendritik, sel T, dan makrofaga. Sel-sel
tersebut terdapat pada permukaan lapisan kulit dalam (mukosa) penis, vagina, dan oral yang biasanya
menjadi tempat awal infeksi HIV. Selain itu, HIV juga dapat langsung masuk ke
aliran darah dan masuk serta bereplikasi di noda limpa.
Setelah
menempel, selubung virus akan melebur (fusi) dengan membran sel sehingga isi
partikel virus akan terlepas di dalam sel.Selanjutnya, enzim transkriptase
balik yang dimiliki HIV akan mengubah genom virus yang berupa
RNA menjadi DNA. Kemudian, DNA virus akan dibawa ke inti sel manusia sehingga
dapat menyisip atau terintegrasi dengan DNA manusia. DNA virus yang menyisip di
DNA manusia disebut sebagai provirus dan dapat bertahan cukup lama di dalam
sel. Saat sel teraktivasi, enzim-enzim tertentu yang dimiliki sel inang akan
memproses provirus sama dengan DNA manusia, yaitu
diubah menjadi mRNA. Kemudian, mRNA akan dibawa
keluar dari inti sel dan menjadi cetakan untuk membuat protein dan enzim HIV.
Sebagian RNA dari provirus yang merupakan genom RNA virus. Bagian genom RNA
tersebut akan dirakit dengan protein dan enzim hingga menjadi virus utuh. Pada
tahap perakitan ini, enzim protease virus berperan
penting untuk memotong protein panjang
menjadi bagian pendek yang menyusun inti virus. Apabila HIV utuh telah matang,
maka virus tersebut dapat keluar dari sel inang dan menginfeksi sel berikutnya.
Proses pengeluaran virus tersebut melalui pertunasan (budding), di mana virus
akan mendapatkan selubung dari membran permukaan sel inang.
B. MASA INKUBASI
Virus HIV mempunyai masa inkubasi,
yaitu masa tunas virus AIDS (HIV) menjadi AIDS. Ketika mulai masa inkubasi atau
mulai terjangkitnya HIV, jumlah sel CD-4 (sebuah marker atau penanda yang
berada di permukaan sel-sel darah putih manusia) dalam tubuh perlahan-lahan akan
berkurang sampai setengahnya.
Ini berarti tubuh telah kehilangan
setengah dari kekebalannya. Dalam kondisi seperti ini penderita masih memiliki
kekebalan tubuh yang berfungsi selama 9-10 tahun.
Tetapi setelah melewati 9-10 tahun,
jumlah sel CD-4 dalam tubuh akan semakin berkurang dan akhirnya sudah tidak
berfungsi lagi. Pada saat inilah penderita tersebut menjadi penderita AIDS.
Kesimpulannya apabila seseorang manusia telah mengidap penyakit AIDS, berarti
ia telah terinfeksi HIV sekitar 9-10 tahun. Pada masa ini berbagai penyakit
lain (infeksi oportunistik) semakin parah dan menyebabkan penderitanya tersiksa
sampai kematian datang menjemputnya.
C. CARA PENULARAN
Banyak pemahaman yang keliru ditengah masyarakat bahwa HIV AIDS dengan mudah meluar lewat udara,
pekaian atau peralatan yang digunakan bersama. HIV atau Human
Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh
manusia. Virus HIV hidup dalam cairan tubuh, yaitu :
1. Darah
2. Air mani
3. Cairan vagina
4. Air susu ibu (ASI).
Jadi HIV/AIDS dapat menular melalui :
1. Hubungan seks
Melalui hubungan seks penetratif
(penis masuk kedalam vagina/anus) yang dilakukan tanpa menggunakan kondom
Hubungan seks seperti ini memungkinkan tercampurnya cairan sperma dengan cairan
vagina (untuk hubungan seks lewat vagina). Sedangkan hubungan sek melalui anus
bisa memungkin tercampurnya cairan sperma dengan darah. Hubungan seksual secara
anal (lewat dubur) paling berisiko menularkan HIV, karena epitel mukosa anus
relatif tipis dan lebih mudah terluka dibandingkan epitel dinding vagina,
sehingga HIV lebih mudah masuk ke aliran darah.
Dalam berhubungan seks vaginal, perempuan lebih besar risikonya daripada pria
karena selaput lendir vagina cukup rapuh. Disamping itu karena cairan sperma
akan menetap cukup lama di dalam vagina, kesempatan HIV masuk ke aliran darah menjadi lebih
tinggi. HIVdi cairan vagina atau darah
tersebut, juga dapat masuk ke aliran darah melalui saluran kencing pasangannya.
Orang
yang punya penyakit infeksi jika memiliki luka atau ada cairan dari tubuh yang
keluar maka bisa 10 kali menularkan potensi HIV kepada pasangannya lewat hubungan
seks. Perilaku gonta ganti pasangan seks tanpa menggunakan kondom juga sangat
berisiko. Untuk itu lakukan hubungan seks yang aman, sesuai dengan ajaran
agama.
Penularan melalui transfusi darah
risikonya sangat tinggi, maka itu bank darah biasanya akan mengecek
berulang-ulang pada darah yang digunakan pasien melalui skrining yang
ketat. Beberapa penderita diduga tertular setelah menjalani transfuse
darah. Seseorang yang harus menerima transfusi darah tubuhnya dalam keadaan
sakit atau lemah, sehingga virus bisa dengan cepat menyebar dan berkembang
dalam tubuhnya.
3. Penggunaan bersama jarum suntik yang
sudah terkontaminasi
Penularan lewat jarum suntik banyak
terjadi pada pengguna narkoba. Melalui pemakaian jarun suntik yang berulangkali
dalam kegiatan lain, misalnya : peyuntikan obat, imunisasi, pemakaian alat
tusuk yang menembus kulit, misalnya alat tindik, tato, dan alat facial wajah.
Sebaiknya gunakan jarum suntik sekali pakai.
4. Penularan dari Ibu Hamil (Positif)
kepada Janinnya
Penularan dari ibu hamis positif HIV
dapat terjadi ketika bayi dalam kandungan, bisa juga ketika melahirkan atau
bisa juga ditularkan ketika menyusui bayi tersebut. Penularan HIV dari ibu hamil ke anak bisa terjadi
karena infeksi melewati plasenta, saat proses persalinan atau menyusui. Sumber
infeksi ini bisa dari darah ibu, plasenta, cairan amnion dan ASI. Kemungkinan
bayi tertular HIV dari ibunya pada masa kehamilan adalah 15-20 persen.
Sedangkan pada saat kelahiran 10-15 persen, dan pada saat menyusui adalah 15-20
persen.
5. Terjadinya luka akibat pemakaian
benda yang bersamaan
Benda tersebut seperti silet, pisau
cukur juga bisa menularkan HIV. Biasakan mempunyai sikat gigi dan
pisau cukur sendiri, karena selain untuk kebersihan pribadi, jika terdapat
darah akan ada risiko penularan dengan virus lain yang diangkut aliran darah
(seperti hepatitis), bukan hanya HIV.
1. Bersalaman, berpelukan
2. Berciuman
3. Batuk, bersin
4. Memakai peralatan rumah tangga
seperti alat makan, telepon, kamar mandi, WC, kamar tidur, dll
5. Gigitan nyamuk
6. Bekerja, bersekolah, berkendaraan
bersama
7. Memakai fasilitas umum misalnya kolam
renang, WC umum, sauna, dll
8. HIV tidak dapat menular melalui
udara. Virus ini juga cepat mati jika berada di luar tubuh. Virus ini dapat
dibunuh jika cairan tubuh yang mengandungnya dibersihkan dengan cairan pemutih
(bleach) seperti Bayclin atau Chlorox , atau dengan
sabun dan air. HIV tidak dapat diserap oleh kulit yang tidak luka
9. Cairan yang tidak menularkan virus
HIV adalah cairan keringat, air liur, air mata dan lain-lain. Jadi penularan
melalui ciuman tidak terjadi.
D. CARA PENCEGAHAN
HIV/AIDS dapat dicegah dengan cara
berikut ini :
1. Abstain atau penolakan
Ini adalah salah satu tips terbaik
untuk mencegah AIDS dan penyakit menular seksual lainnya. Tidak bercinta atau
menolak untuk bercinta bisa mejadi trik terbaik menghindari kemungkinan terkena
infeksi penyakit ini. Ini adalah cara terbaik untuk menghindari kontak dengan
cairan vagina, air mani dan cairan pra-mani.
2. Menggunakan perlindungan
Untuk mencegah HIV AIDS, Anda harus
selalu menggunakan pelindung atau kondom.
3. Memiliki satu pasangan
Memiliki kontak fisik dengan hanya
satu pasangan yang juga monogami pada waktu yang sama. Terlibat dalam seks
dengan banyak pasangan, terutama tanpa menggunakan kondom dapat benar-benar
berbahaya.
4. Berbagi jarum suntik
Suntikan jarum yang dipakai
bergantian dan tidak steril dapat menyebabkan risiko. AIDS menyebar karena
transfusi darah, jadi sangat berhati-hati sebelum memakai jarum.
5. Hindari ASI
Menurut US Department of Health and Human
Services, ASI dapat mengandung virus HIV, sehingga hindari kontak dari ASI
dengan selaput lendir di mulut.
6. Pelumas
Banyak bahan kimia dan minyak yang
dapat merusak kondom. Jadi, selalu gunakan pelumas berbasis air.
7. Hindari Kontak dengan Darah yang terinfeksi
HIV
Cara yang paling umum untuk
menularkan HIV adalah melalui kontak dengan darah dari orang yang terinfeksi
HIV. Transfusi, atau kontak dengan luka, dapat menyebabkan virus menyebar dari
satu orang ke orang lain. Transmisi dengan darah dapat dengan mudah dihindari
melalui tes darah dan menghindari kontak dengan luka jika seseorang positif
terinfeksi HIV, jika Anda harus berurusan dengan luka dari pengidap HIV/ AIDS,
pastikan untuk memakai pakaian pelindung seperti sarung tangan karet.
8. Hindari Seks Bebas
HIV dan AIDS yang lebih lazim untuk
orang dengan banyak pasangan seksual. Jika Anda hanya memiliki satu pasangan
seksual, Anda secara dramatis dapat meminimalkan kemungkinan tertular HIV atau
mendapatkan AIDS.
E. TANDA DAN GEJALA HIV/AIDS
Berikut adalah beberapa tanda-tanda
bahwa mungkin seseorang positif terkena HIV, antara lain :
1. Demam
Salah satu tanda-tanda pertama ARS
adalah demam ringan, sampai sekitar 39 derajat C (102 derajat F). Demam sering
disertai dengan gejala ringan lainnya, seperti kelelahan, pembengkakan pada
kelenjar getah bening, dan sakit tenggorokan. "Pada titik ini virus
bergerak ke dalam aliran darah dan mulai mereplikasi dalam jumlah besar.
Sehingga akan ada reaksi inflamasi oleh sistem kekebalan tubuh," kata
Carlos Malvestutto, MD, instruktur penyakit menular dan imunologi dari
department of medicine di NYU School of Medicine, New York.
2. Kelelahan
Respon inflamasi yang dihasilkan
oleh sistem kekebalan tubuh juga dapat menyebabkan lelah dan lesu. Kelelahan
dapat menjadi tanda awal dan tanda lanjutan dari HIV.
3. Pegal, nyeri otot dan sendi,
pembengkakan kelenjar getah bening
ARS sering menyerupai gejala flu,
mononucleosis, infeksi virus atau yang lain, bahkan sifilis atau hepatitis. Hal
tersebut memang tidak mengherankan. Banyak gejala penyakit yang mirip bahkan
sama, termasuk nyeri pada persendian dan nyeri otot, serta pembengkakan
kelenjar getah bening.
Kelenjar getah bening merupakan
bagian dari sistem kekebalan tubuh dan cenderung akan meradang bila ada
infeksi. Kelenjar getah bening berada di pangkal paha leher ketiak, dan
lain-lain.
4. Sakit tenggorokan dan sakit kepala
"Seperti gejala penyakit lain,
sakit tenggorokan, dan sakit kepala sering dapat merupakan ARS," kata Dr.
Horberg. Jika memiliki risiko tinggi HIV, maka melakukan tes HIV adalah ide
yang baik. Karena HIV paling menular pada tahap awal.
5. Ruam kulit
Ruam kulit dapat terjadi lebih awal
atau terlambat dalam perkembangan HIV/AIDS.
6. Mual, muntah dan diare
Sekitar 30 hingga 60 persen dari
orang dengan HIV memiliki gejala jangka pendek seperti mual, muntah, atau diare
pada tahap awal HIV, kata Dr. Malvestutto. Gejala tersebut juga dapat muncul
sebagai akibat dari terapi antiretroviral, biasanya sebagai akibat dari infeksi
oportunistik.
"Diare yang tak henti-hentinya
dan tidak merespon obat mungkin merupakan indikasi. Atau gejala dapat
disebabkan oleh organisme yang biasanya tidak terlihat pada orang dengan sistem
kekebalan tubuh yang baik," kata Dr. Horberg.
7. Penurunan berat badan
"Jika penderita HIV sudah
kehilangan berat badan, berarti sistem kekebalan tubuh biasanya sedang
menurun," kata Dr. Malvestutto.
8. Batuk kering
Batuk kering dapat merupakan tanda
pertama seseorang terkena infeksi HIV. Batuk tersebut dapat berlangsung selama
1 tahun dan terus semakin parah.
9. Pneumonia
Batuk dan penurunan berat badan juga
mungkin pertanda infeksi serius yang disebabkan oleh kuman yang tidak akan
mengganggu jika sistem kekebalan tubuh bekerja dengan baik. "Ada banyak
infeksi oportunistik yang berbeda dan masing-masing dapat datang dengan waktu
yang berbeda," kata Dr. Malvestutto.
Pneumonia merupakan salah satu
infeksi oportunistik, sedangkan yang lainnya termasuk toksoplasmosis, infeksi
parasit yang mempengaruhi otak, cytomegalovirus, dan infeksi jamur di rongga
mulut.
10. Keringat malam
Sekitar setengah dari orang yang
terinfeksi HIV akan berkeringat di malam hari selama tahap awal infeksi HIV,
kata Dr. Malvestutto. Keringat malam terjadi bahkan saat tidak sedang melakukan
aktivitas fisik apapun.
11. Perubahan pada kuku
Tanda lain dari infeksi HIV akhir
adalah perubahan kuku, seperti membelah, penebalan dan kuku yang melengkung,
atau perubahan warna (hitam atau coklat berupa garis vertikal maupun
horizontal). Seringkali hal tersebut disebabkan infeksi jamur, seperti kandida.
"Pasien dengan sistem kekebalan
yang menurun akan lebih rentan terhadap infeksi jamur," kata Dr.
Malvestutto.
12. Infeksi Jamur
Infeksi jamur yang umum pada tahap
lanjut adalah thrush, infeksi mulut yang disebabkan oleh Candida, yang
merupakan suatu jenis jamur. "Candida merupakan jamur yang sangat umum dan
salah satu yang menyebabkan infeksi jamur pada wanita.
"Candida cenderung muncul di
rongga mulut atau kerongkongan, sehingga akan sulit untuk menelan," kata
Dr. Malvestutto.
13. Kebingungan atau kesulitan berkonsentrasi
Masalah kognitif dapat menjadi tanda
demensia terkait HIV, yang biasanya terjadi lambat dalam perjalanan penyakit.
Selain kebingungan dan kesulitan berkonsentrasi, demensia terkait AIDS mungkin
juga melibatkan masalah memori dan masalah perilaku seperti marah atau mudah
tersinggung.
Bahkan mungkin termasuk perubahan
motorik seperti, menjadi ceroboh, kurangnya koordinasi, dan masalah dengan
tugas yang membutuhkan keterampilan motorik halus seperti menulis dengan
tangan.
14. Herpes mulut dan herpes kelamin
Cold sores (herpes mulut) dan herpes
kelamin (herpes genital) dapat menjadi tanda dari ARS dan stadium infeksi HIV.
Herpes tersebut juga dapat menjadi faktor risiko untuk tertular HIV. Karena
herpes kelamin dapat menyebabkan borok yang memudahkan virus HIV masuk ke dalam
tubuh selama hubungan seksual. Orang-orang yang terinfeksi HIV juga cenderung
memiliki risiko tinggi terkena herpes karena HIV melemahkan sistem kekebalan
tubuh.
15. Kesemutan dan kelemahan
Akhir HIV juga dapat menyebabkan
mati rasa dan kesemutan di tangan dan kaki. Hal ini disebut neuropati perifer,
yang juga terjadi pada orang dengan diabetes yang tidak terkontrol. "Hal
tersebut menunjukkan kerusakan pada saraf," kata Dr. Malvestutto. Gejala
tersebut dapat diobati dengan obat-obatan penghilang rasa sakit yang dijual
bebas dan antikejang seperti gabapentin.
16. Ketidakteraturan menstruasi
Infeksi HIV tahap lanjut tampaknya
dapat meningkatkan risiko mengalami ketidakteraturan menstruasi, seperti
periode yang lebih sedikit dan lebih jarang. Perubahan tersebut mungkin lebih
berkaitan dengan penurunan berat badan dan kesehatan yang buruk dari wanita
dengan tahap akhir infeksi HIV.
Infeksi HIV juga telah dikaitkan
dengan usia menopause yang lebih dini, yaitu sekitar 47-48 tahun bagi perempuan
yang terinfeksi HIV dibandingkan dengan perempuan yang tidak terinfeksi sekitar
usia 49-51 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar